BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Manajemen
adalah suatu seni atau cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan berkerja
sama melalui orang lain atau sumberdaya lainnya. Sebagai suatu proses,
manajemen memerlukan berbagai aspek pendukung untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan atau tujuan-tujuannya. Diantara bermacam cara
melakukan manajerial, salah satu aspek penting yang menjadi cara untuk berlangsungnya
sebuah proses manajemen yaitu melakukan koordinasi.
Koordinasi di definisikan sebagai proses penyatuan
tujuan-tujuan organisasi dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Koordinisasi yang efektif dalam organisasi diperlukan karena tanpa
adanya koordinasi maka setiap anggota dalam organisasi tidak memiliki pegangan
mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri. Sebelumnya
kita harus mengerti arti kata organisasi. Di
mana kata “organisasi“ mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama
menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi
perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintahan, atau suatu perkumpulan
olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai
suatu cara dalam manajemen kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan
diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien.
Koordinasi
sebagai aspek penting manajemen, memerlukan sebuah sumberdaya manusia, yang
didalamnya terdapat pola pikir untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu,
diperlukannya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, guna untuk mengetahui
lebih jelas dan lebih dalam apa yang dimaksud dengan koordinasi sebagai suatu
aspek penting dalam manajerial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang ada.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian koordinasi?
2.
Apa saja macam-macam koordinasi
organisasi?
3.
Bagaimana prinsip-prinsip dari koordinasi
organisasi?
4.
Apa contoh dari jenis-jenis koordinasi organisasi?
1.3 Tujuan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Koordinasi
Koordinasi
berasal dari kata coordination, co dan ordinareyang
berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan
etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai
pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not
subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal
tertentu.
Secara
normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenanganuntuk menggerakkan,
menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik
atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangngkan
secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif
spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja.
Koordinasi
dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatanbersama secara mengikat berbagai
kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang
satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang
telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak
keberhasilan yang lain.
Koordinasi
menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86) diartikan sebagai suatu usaha
kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu,
sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Dengan
demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu
menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.
Koordinasi
dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling berhubungan karena
koordinasi hanya dapat tercapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja
yang efektif. Hubungan kerja adalah bentuk administrasi yang membantu
tercapainya koordinasi. Oleh karena itu dikatakan bahwa hasil akhir daripada
komunikasi (hubungan kerja) adalah tercapainya koordinasi dengan cara yang
berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan efisien). Koordinasi dimaksudkan
sebagai usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit)
organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna
melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan
pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kordinasi adalah proses
kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur (yang terlihat
dalam proses) pemerintahan yang berbeda-beda pada dimensi waktu, tempat,
komponen, fungsi dan kepentingan antar pemerintah yang diperintah, sehingga
disatu sisi semua kegiatan dikedua belah pihak terarah pada tujuan pemerintahan
yang ditetapkan bersama dan disisi lain keberhasilan pihak yang satu tidak
dirusak keberhasilan pihak yang lain.
2.2 Macam-Macam
Koordinasi Dalam Organisasi
Koordinasi
dapat dibedakan menjadi :
1. Koordinasi
hierarkis (vertikal), yang dilakukan oleh pejabat pimpinan dalam suatu instasi
terhadap pejabat atau instansi dibawahnya.
2. Koordinasi
fungsional, yang dilakukan oleh pejabat atau suatu instansi
terhadap pejabat atau instansi lainnya yang tugasnya saling berkaitan
berdasarkan asas-asas fungsional. Koordinasi ini dapat dibedakan atas
koordinasi fungsional horizontal, diagonal, dan teritorial.
a.
Koordinasi fungsional horizontal dilakukan
oleh seorang atau suatu instansi lain yang setingkat. Koordinasi fungsional
horizontal dilakukan oleh pejabat atau instansi terhadap pejabat atau instansi
lain yang lebih rendah tingkatannya tetapi bukan bawahannya.
b.
Koordinasi fungsional teritorial dilakukan oleh seorang
pejabat atau instansi terhadap pejabat atau instansi lainnya yang berada
didalam suatu wilayah tertentu dimana semua urusan yang ada dalam wilayah
tersebut menjadi tanggung jawabnya.
2.3 Prinsip-Prinsip
Koordinasi dalam Organisasi
Prinsip
koordinasi disingkat menjadi KOORDINASI.
1. Kesamaan
Sama dalam
visi, misi, dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama (sense of
purpose).
2. Orientasikan
Titik
pusatnya pada sekolah (sebagai kordinator) yang simpul-simpulnya stakeholder
sekolah.
3. Organisasikan
Atur
orang-orang yang berkoordinasi untuk membina sekolah, yaitu harus berada dalam
satu payung (terorganisasi) sehingga sikap egosektoral dapat dihindari.
4. Rumuskan
Menyatakan
secara jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas masing-masing agar tidak
tumpang-tindih.
5. Diskusikan
Mencari cara
yang efektif, efesien, dan komunikatif dalam berkoordinasi.
6. Informasikan
Semua hasil
diskusi dan keputusan mengalir cepat kesemua pihak yang ada dalam sistem
jaringan koordinasi (coordination network system).
7. Negosiasikan
Dalam
perundingan mencari kesepakatan harus saling menghormati (team spirit) dan
usahakan menang-menang, jangan sampai pihak sekolah sebagai koordinator justru
dirugikan.
8. Atur jadwal
Rencana
koordinasi harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak.
9. Solusikan
Satu masalah
dalam simpul jaringan harus dirasakan dan dipecahkan semua stakeholders dengan
sebaik-baiknya.
10. Insafkan
Setiap
stakeholders harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan siap
menginformasikannya sesuai kebutuhan koordinasi.
2.4 Contoh dari jenis-jenis Koordinasi dalam organisasi
1. Koordinasi Vertikal
Koordinasi
vertikal ialah koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada atasannya
dan kepada bawahannya. Misalnya, koordinasi Kepala Sekolah dengan Kepala Dinas
Pendidikan dan atau bawahannya.
2. Koordinasi Fungsional
Koordinasi
Fungsional ialah koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala
Sekolah lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas fungsionalisasi.
Koordinasi
Fungsional dibedakan
atas :
a. Koordinasi fungsional horizontal, koordinasi ini
dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang setingkat.
Misalnya, Kepala SMPN1 dengan Kepala SMPN2.
b. Koordinasi
fungsional diagonal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala
Sekolah lain yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, Kepala
SMPN1 dengan Kepala SDN57 atau dengan staffnya.
c. Koordinasi
fungsional teritorial, koordinasi ini dilakukan Kepala Sekolah dengan pejabat
atau Kepala Sekolah lain yang berada dalam wilayah tertentu dimana semua urusan
yang ada dalam wilayah tersebut menjadi kewenangan dan tanggung jawab Kepala
Sekolah bersangkutan selaku penguasa atau penanggung jawab tunggal. Misalnya,
Kepala SMP Percobaa dengan Kepaa-Kepala SMP Target di Kabupaten X.
3. Koordinasi
Institusional
Koordinasi
ini dilakukan Kepala Sekolah dengan beberapa instansi yang menangani sat urusan
tertentu yang bersangkutan. Misalnya, untuk urusan kepegawaian, Kepala Sekolah
melakukan koordinasi dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Kepala Badan
Diklat Daerah.
2.5
Kebutuhan akan Koordinasi
Untuk melihat
kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin ( atasan )dalam melakukan
koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung
jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen.Koodinasi dibutuhkan sekali
oleh para karyawannya,sebab tanpa koordinasi setiapkaryawan tidak mempunyai
pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akanmerugikan organisasi itu
sendiri.
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruhkegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atauperusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang.Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalampelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan. Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yangdapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentangmanajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakinbesar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahansecaraefektif.
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruhkegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atauperusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang.Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalampelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan. Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yangdapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentangmanajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakinbesar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahansecaraefektif.
Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antarasatuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko,2003:196), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
Bilasatuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalammelaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiapsatuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece)
Dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelumsatuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbalbalik (reciprocal interdependence)
2.6 Masalah-masalah Pencapaian
Koordinasi yang Efektif
Empat tipe
perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen-departemen
dalam organisasi menurut Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
- Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
- Perbedaan dalam oriantasi waktu
- Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
- Perbedaan dalam formalitas struktur.
Para anggota
dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan-pandangan mereka sendiri
tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang. Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang. Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian
Koordinasi, bahwa koordinasi merupakan keselarasan antara kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan didalam sebuah organisasi sehingga menciptakan kegiatan
yang efiesien, bersinergi, dan memiliki peluang untuk berhasil.
Menurut
penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa, koordinasi mempunyai peran penting dalam mencapai
tujuan suatu organisasi dan didalamnya terdapat
prinsip-prinsip dalam melakukan koordinasi. Jika koordinasi antar kelompok atau individu baik maka
yang akan didapat akan baik pula. Jika kurang koordinasinya maka hasilnya
kurang memuaskan.
3.2 Saran
Bagi siapapun yang memiliki
jabatan yang strategis di dalam sebuah organisasi diharapkan dapat hadir
diberbagai kegiatan yang penting didalam sebuah organisasi tersebut. Karena,
rapat merupakan sebuah kegiatan untuk mendukung keberlangsungan
kegiatan-kegiatan, agar terstruktur guna mencapai hasil yang baik untuk
merealisasikan tujuan dari organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar